Berita Warganet – Pemerintah Memperbolehkan Mudik Lebaran 2022 : Tren Mudik 2022 Akan Naik. Bulan Ramadan selalu berdampak terhadap kebiasaan konsumen. Hal itu terlihat dalam data dari Nielsen yang dilakukan di 11 kota besar Indonesia.
Jika tahun 2020-2021 kemarin, pemerintah melarang mudik, tahun ini pemerintah tidak melarang mudik 2022 namun aturan mudik 2022 dirilis menjelang bulan Ramadhan 2022.
Hal ini dilakukan karena berdasarkan gaya hidup masyarakat Indonesia, pada hari raya Idul Fitri, masyarakat akan menjadikanya momen untuk libur panjang di kampung halamannya masing-masing dan dikhawatirkan ini bisa menjadi masa-masa peningkatan penularan Covid-19. Selain itu, kasus Covid-19 mulai mengalami penurunan.
Berkaitan dengan hal itu, Pemerintah memastikan masyarakat diperbolehkan mudik 2022 namun harus mengikuti aturan mudik 2022 yang diberlakukan sebagai upaya pencegahan kenaikan kasus Covid-19.
Secara khusus untuk kebiasaan mudik, Nielsen mencatat peningkatan perjalanan luar kota yang dilakukan konsumen selama Ramadan 2021 dibanding tahun 2020 ataupun 2019.
“Kami memprediksi mudik 2022 ini perjalanan keluar kota makin meningkat dengan pilihan moda transportasi yang lebih beragam,” ujar Direktur Eksekutif Nielsen Indonesia, Hellen Katherina, dalam keterangan resminya.
“Ini bisa menjadi turnaround moment bagi online travel/ticketing dan kesempatan aktivasi branding sepanjang jalur mudik 2022 ,” Hellen menambahkan.
Ramadan tidak hanya berpengaruh terhadap mudik 2022 pada kebiasaan konsumen, tetapi juga terhadap kebiasaan beriklan para pemilik merek.
Nielsen Ad Intel mencatat peningkatan angka belanja iklan seminggu sebelum masa Ramadan.
Dari sisi selain mudik 2022 yaitu kategori produk, ada beberapa kategori yang menggunakan momen Ramadan sebagai waktu yang tepat untuk beriklan lebih daripada biasanya.
Kategori produk seperti produk kosmetik atau detergen pakaian dan bahkan produk cat, menawarkan penampilan baru yang lebih baik kepada konsumen di masa Ramadan.
Kategori yang juga tercatat menaikkan belanja iklannya di media televisi dan digital, adalah minuman seperti sirup, mouthwash, obat maag, dan juga processed food.
“Ramadan pada periode 2021 menunjukkan konsumen melakukan banyak penyesuaian, termasuk media yang mereka konsumsi,” kata Hellen.
Pemilik merek menurutnya perlu melakukan strategi kampanye media baik di TV maupun di Internet yang dilakukan secara komprehensif.
“Ini mengingat kedua media ini mempunyai fungsi yang saling mendukung untuk mendapatkan kepercayaan konsumen, serta bersiap untuk kondisi normal kembali,” Hellen menuturkan.
Masa Ramadan selalu mendorong kepemirsaan televisi, khususnya saat sahur, menjelang berbuka, dan setelah salat tarawih.
Menurut penelitian Nielsen Television Audience Measurement (TAM), khusus jam sahur, peningkatan pemirsa dapat mencapai lebih dari tujuh kali lipat.
Sedangkan jenis program yang menunjukkan peningkatan konsumsi di masa Ramadan tentunya adalah program religius, selain itu ada juga program anak-anak dan hiburan (entertainment).
Walaupun Ramadan selalu mendongkrak kepemirsaan, Nielsen juga mencatat angka TV Rating (TVR) di tahun 2021 lalu, mengalami penurunan jika dibandingkan dengan masa Ramadan sebelum pandemi, tahun 2019.
Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah konsumsi media digital, yang sangat terakselerasi sejak pandemi tahun 2020.
Survei Nielsen Consumer and Media View di 11 kota besar menunjukkan adanya peningkatan konsumsi dan waktu menggunakan media digital selama masa Ramadan tahun 2021 dibanding 2019.
Masing-masing naik sebesar 24 persen dan 35 persen. Dan mereka mencari sumber hiburan baru digital selama masa Ramadan, terlihat dari aktivitas yang mereka lakukan.
Menonton video dan berbelanja secara online, mendengarkan musik dan bermain games adalah aktivitas yang tercatat mengalami peningkatan paling signifikan.
Dari sisi kebiasaan Nielsen juga mencatat adanya hobi-hobi baru yang muncul selama pandemi.
Dan, kemungkinan akan tetap bertahan walaupun masa pandemi telah berakhir, seperti memasak dan juga berkebun.
Secara perlahan aktivitas berolahraga juga menunjukkan peningkatan di tahun 2021, khususnya yang tipenya perorangan, seperti jogging.
“Sejumlah perilaku konsumen mengalami beberapa perubahan seperti konsumsi media, kebiasaan dalam berbelanja, dan aktivitas olahraga pada periode tersebut,” kata Hellen.
“Kami melihat pemilik merek dapat mengoptimalkan perilaku konsumen ini untuk melakukan strategi pemasaran dengan multimedia dan multiplatform sebagai pendekatan yang lebih efektif untuk mendapatkan kepercayaan konsumen,” ucapnya.
“Apalagi di tahun ini pemerintah tengah melakukan transisi dari pandemi ke endemi,” Hellen menuturkan.