Ngeri!! Ada Amoeba Pemakan Otak di Korea Selatan, Periksa Gejalanya!

Ngeri!! Ada Amoeba Pemakan Otak di Korea Selatan, Periksa Gejalanya!

The Korean Times mengatakan ini adalah kasus infeksi Naegleria fowleri pertama yang dikonfirmasi di negara tersebut, dan menambahkan bahwa KDCA belum mengungkapkan rincian penularannya. 

Apa itu Naegleria fowleri atau infeksi Amoeba ‘makan otak’

Naegleria adalah amoeba, organisme bersel tunggal, dan hanya satu spesiesnya, yang disebut Naegleria fowleri, yang dapat menginfeksi manusia, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS. Ini pertama kali ditemukan di Australia pada tahun 1965 dan umumnya ditemukan di perairan air tawar yang hangat, seperti mata air panas, sungai, dan danau. Berikut ini catatan yang dirangkum selengkapnya.

Baca Juga :  20 Ucapan Hari Jadi Kabupaten Mahakam Ulu ke-9 Tahun 2022

Baca Juga: Cara Download & Install Instagram for PC di Windows 11

  • Naegleria fowleri adalah amoeba (organisme hidup bersel tunggal) yang dapat menyebabkan infeksi di otak, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC)
  • Ditemukan di tanah dan di badan air tawar yang hangat seperti danau, sungai, dan mata air panas.
  • Penyakit yang disebabkan oleh naegleria fowleri ini disebut sebagai ‘primary amoebic meningoencephalitis’ (PAM) yang secara luas dianggap fatal; dari tahun 1962 hingga 2021 hanya empat dari 154 orang di Amerika Serikat yang selamat setelah tertular infeksi.
  • Penyakit – ‘meningoensefalitis Amoeba primer‘ – sulit dideteksi pada tahap awal karena menyebar dengan cepat; biasanya ditemukan setelah pasien meninggal.
  • Penyakit ini memiliki dua set gejala. Pasien dapat mengalami sakit kepala bagian depan yang parah, demam, mual, dan muntah pada tahap pertama, dengan leher kaku, kejang, perubahan status mental, dan halusinasi pada tahap kedua. Dalam kasus yang serius, pasien bahkan bisa mengalami koma.
  • Menurut CDC, saat ini tidak ada bukti penularan infeksi Naegleria fowleri dari manusia ke manusia. Itu juga tidak bisa menyebar melalui uap air atau tetesan aerosol.
  • Saat ini belum ada vaksin tetapi penyakit ini dapat diobati dengan beberapa kombinasi obat, seperti amfoterisin B, azitromisin, flukonazol, rifampisin, miltefosine, dan deksametason, yang digunakan pada kasus pasien yang selamat dari infeksi.
Baca Juga :  Siap Siap! Pendaftaran Seleksi PPPK Tenaga Teknis 2022 Dibuka, Download Jadwalnya Disini

Baca Juga: Jawaban Tugas Mengidentifikasi Identitas Buku yang Diresensi