Daftar Isi
Jawaban Mengidentifikasi Isi Teks Editorial – Halo sobat, pada artikel ini akan disajikan informasi mengenai jawaban mengidentifikasi isi teks editorial 88 Yang terdapat pada buku Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK KELAS XII Edisi Revisi 2018.
Pembahasan kali ini, sobat akan melakukan Analisa teks berjudul Kado Tahun Baru 2014 dari Pertamina. Baca dan cermati dengan seksama teks tersebut agar sobat dapat menjawab beberapa pertanyaan terkait yang terdapat pada halaman 88.
Selanjutnya, langsung saja kita simak bersama ulasan berikut ini !
Jawaban Mengidentifikasi Isi Teks Editorial 88
Kegiatan 1
Mengidentifikasi Isi Teks Editorial
Editorial dalam suatu media massa cetak biasanya berada dalam rubrik yang sama, yakni opini. Di dalam rubrik ini terdapat editorial, artikel, dan surat pembaca. Ketiga ragam opini ini biasanya berada di bagian tengah surat kabar atau majalah. Jika dicermati satu demi satu setiap rubrik, halaman awal biasanya berisi headline news (berita utama). Pada bagian ini, tulisan hanya bersifat memberi tahu pembaca. Pada halaman-halaman berikutnya biasanya berisi berita yang lebih spesifik, misalnya berita yang terkait dengan kejadian berdasarkan tempat, diikuti berita luar negeri, baru kemudian opini.
Penempatan ini dimaksudkan agar pembaca tidak serta-merta dihadapkan pada bacaan yang serius. Setelah memiliki wawasan yang cukup mengenai berita hari tersebut, pembaca akan lebih mampu memahaminya jika dilanjutkan dengan membaca opini.
Permasalahan yang dibahas dalam teks editorial adalah permasalahan yang berkaitan dengan peritiwa (berita) yang sedang hangat dibicarakan (aktual), fenomenal, dan kontroversial. Di dalamnya terkandung fakta peristiwa sebagai bahan berita. Fakta ini ditelusuri kebenarannya dengan berbagai strategi. Hal ini dimaksudkan agar berita itu benar adanya sehingga tepercaya, bukan sebagai gosip murahan. Di samping itu, harus diidentifikasi dan dipastikan apakah fakta peristiwa tersebut aktual atau hal biasa-biasa saja.
Fakta peristiwa yang dipastikan akan dijadikan sebagai bahan berita dalam editorial dianalisis untuk menghasilkan sebuah persepsi redaksi. Biasanya persepsi didasari oleh berbagai dimensi masalah. Agar persepsi ini memiliki nilai opini yang bermutu tinggi, redaksi akan menunjukkan berbagai argumentasi. Bersandar pada argumentasi inilah sebuah editorial diuji mutunya. Jika dipandang sudah mencukupi, redaksi akan memberikan rekomendasi untuk solusinya.
Gaya penulisan editorial hampir sama dengan ragam artikel atau karya ilmiah lainnya, yakni eksposisi. Eksposisi merupakan tulisan yang bertujuan untuk mengklarifikasi, menjelaskan, atau mengevaluasi. Strategi pengembangannya mengikuti beragam pola, seperti contoh, proses, sebabakibat, klasifikasi, definisi, analisis, komparasi, dan kontras.
Dilihat dari isinya, editorial yang bersifat ekspositoris berisi tesis (pernyataan umum), diikuti oleh argumentasi-argumentasi secukupnya, dan diakhiri dengan penegasan ulang atas argumentasi-argumentasi tersebut. Ketiga unsur tersebut dalam editorial wajib hadir.
Untuk dapat mengetahui permasalahan dalam teks editorial, mari kita berlatih membaca teks editorial berikut ini.
Kado Tahun Baru 2014 dari Pertamina
Pertamina mengirim kado Tahun Baru 2014 yang pahit kepada masyarakat. Menaikkan harga elpiji tabung 12 kg lebih dari 50 persen. Akibatnya sampai di tingkat konsumen harganya menjadi Rp125.000,00 hingga Rp130.000,00. Bahkan di lokasi yang relatif jauh dari pangkalan, mencapai Rp150.000,00–Rp200.000,00.
Sungguh, kenaikan harga itu merupakan kado yang tidak simpatik, tidak bijak, dan tidak logis. Masyarakat sebagai konsumen menjadi terkaget-kaget karena kenaikan tanpa didahului sosialisasi. Pertamina memutuskan secara sepihak seraya mengiringinya dengan alasan yang terkesan logis. Merugi Rp22 triliun selama 6 tahun sebagai dampak kenaikan harga di pasar internasional serta melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Kenaikan harga itu mengharuskan Presiden Republik Indonesia yang sedang melakukan kunjungan kerja di Jawa Timur meminta Wakil Presiden Republik Indonesia menggelar rapat mendadak dengan para menteri terkait. Mendengarkan penjelasan Direksi Pertamina dan pandangan Menko Ekuin, yang kesimpulannya dilaporkan kepada Presiden. Berdasar kesimpulan rapat itulah, Presiden kemudian membuat keputusan harga elpiji 12 kg yang diumumkan pada Minggu kemarin.
Kita mengapresiasi langkah cekatan pemerintah dalam mengapresiasi kenaikan harga elpiji non-subsidi 12 kg itu seraya mengiringinya dengan pertanyaan. Benarkah pemerintah tidak tahu atau tidak diberi tahu mengenai rencana Pertamina menaikkan secara sewenang-wenang. Pertamina merupakan perusahaan negara yang diamanati undang-undang sebagai pengelola minyak dan gas bumi untuk sebesar-besar kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Rasanya mustahil kalau pemerintah, dalam hal ini Menko Ekuin dan Menteri BUMN tidak tahu, tidak diberi tahu serta tidak dimintai pandangan, pendapat, dan pertimbangannya. Kalau dugaan kita yang seperti itu benar adanya, bisa saja di antara kita menengarai langkah pemerintah itu sebagai reaksi semu. Reaksi yang muncul sebagai bentuk kekagetan atas reaksi keras yang ditunjukkan pimpinan DPR RI, DPD RI, dan masyarakat luas. Malah boleh jadi ada politisi yang mengategorikannya sebagai reaksi yang cenderung bersifat pencitraan sehingga terbangun kesan bahwa pemerintah memperhatikan kesulitan sekaligus melindungi kebutuhan rakyat.
Kita tidak bisa menerima sepenuhnya alasan merugi Rp22 triliun selama 6 tahun menjadi regulator elpiji sehingga serta-merta Pertamina menaikkan harga elpiji? Dalam peran dan tugasnya yang mulia inilah Pertamina tidak bisa semata-mata menjadikan harga pasar dunia sebagai kiblat dalam membuat keputusan. Sebab di sisi lain perusahaan memperoleh keuntungan besar atas hasil tambang minyak dan gas yang dieksploitasi dari perut bumi Indonesia.
Keuntungan besar itulah yang seharusnya digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Caranya dengan mengambil atau menyisihkan sepersekian persen keuntungan untuk menyubsidi kebutuhan bahan bakar kalangan masyarakat menengah ke bawah.
Sumber: Kedaulatan Rakyat, 6 Januari 2014
Membaca teks editorial sebagai jenis eksposisi memerlukan proses yang analitis. Tahapan-tahapannya jelas harus dimulai dari awal sebuah teks. Misalnya, paragraf pertama sebagai pernyataan umum (tesis), paragraph-paragraf berikutnya sebagai argumentasi, dan paragraf terakhir sebagai penegasan.
Berdasarkan tahapan tersebut, cobalah kamu kerjakan latihan berikut ini.
1. Coba tulis kembali judul tulisan yang kamu baca.
2. Apa yang kamu pahami dari judul tersebut? Rumuskan dalam kalimat baru pemahamanmu tersebut.
3. Apa kata kunci dalam paragraf pertama?
4. Rumuskan kembali dalam kalimat baru pernyataan umum dalam paragraph pertama berdasarkan kata kunci yang kamu temukan.
5. Apa kata kunci dalam paragraf kedua?
6. Rumuskan kembali dalam kalimat baru argumentasi dalam paragraph kedua berdasarkan kata kunci yang kamu temukan.
7. Apa kata kunci dalam paragraf ketiga?
8. Rumuskan kembali dalam kalimat baru argumentasi dalam paragraph ketiga berdasarkan kata kunci yang kamu temukan.
9. Apa kata kunci dalam paragraf keempat?
10. Rumuskan kembali dalam kalimat baru argumentasi dalam paragraph keempat berdasarkan kata kunci yang kamu temukan.
11. Apa kata kunci dalam paragraf kelima?
12. Rumuskan kembali dalam kalimat baru argumentasi dalam paragraph kelima berdasarkan kata kunci yang kamu temukan.
13. Apa kata kunci dalam paragraf keenam?
14. Rumuskan kembali dalam kalimat baru penegasan dalam paragraf ketujuh berdasarkan kata kunci yang kamu temukan.
15. Apa saja fakta-fakta yang disajikan dalam tulisan tersebut?
16. Apa yang menjadi opini redaktur atas fakta tersebut?
17. Menurutmu, tanggapan redaktur tersebut ditujukan kepada siapa? Masyarakat atau pemerintah?
18. Bagaimana sikap redaksi terhadap peristiwa tersebut? Mendukung, menolak, atau netral?
19. Bagaimana saran atau rekomendasi redaksi terhadap pihak yang dituju dalam teks editorial tersebut?
20. Buatlah ringkasan dengan menggunakan jawaban-jawabanmu sebelumnya!
Jawaban :
1. Teks editorial berjudul Kado Tahun Baru 2014 dari Pertamina.
2. Pertamina memberikan kejutan dengan adanya kenaikan harga elpiji di tahun 2014.
3. Kata kunci paragraf 1 : Pertamina mengirim kado Tahun Baru 2014 yang pahit kepada masyarakat.
4. Pertamina menaikkan harga elpiji harganya menjadi Rp125.000,00 hingga Rp130.000,00.
5. Kata kunci paragraf 2 : Kenaikan harga elpiji tidak logis.
6. Pertamina menaikkan harga elpiji secara sepihak, tanpa adanya sosialisai terlebih dahulu.
7. Kata kunci paragraf 3 : Presiden meminta wakil presiden untuk menggelar rapat mendadak.
8. Rapat mendadak yang dilakukan terkait upaya penyelesaian masalah kenaikan elpiji.
9. Kata kunci paragraf 4 : Isu penggiringan Langkah pemerintah sebagai reaksi semu.
10. Reaksi yang muncul merupakan wujud kekagetan atas reaksi semu Pemerintah.
11. Kata kunci paragraf 5 : Masyarakat tidak bisa menerima aksi sepihak dari Pertamina.
12. Masyarakat tidak bisa menerima aksi sepihak dari Pertamina yang mengikuti pasar dunia.
13. Kata kunci paragraf 6 : Keuntungan seharusnya dimanfaatkan untuk rakyat.
14. Keuntungan yang besar seharusnya digunakan untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, dengan cara memberikan subdisi bahan bakar untuk kalangan menengah ke bawah.
15. Menaikkan harga elpiji tabung 12 kg lebih dari 50 persen. Akibatnya sampai di tingkat konsumen harganya menjadi Rp125.000,00 hingga Rp130.000,00. Bahkan di lokasi yang relatif jauh dari pangkalan, mencapai Rp150.000,00–Rp200.000,00.
16. Sungguh, kenaikan harga itu merupakan kado yang tidak simpatik, tidak bijak, dan tidak logis.
17. Terhadap Pemerintah.
18. Menolak.
19. . Keuntungan yang besar seharusnya digunakan untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
20. Pertamina mengirim kado Tahun Baru 2014 yang pahit kepada masyarakat. Pertamina menaikkan harga elpiji harganya menjadi Rp125.000,00 hingga Rp130.000,00. Kenaikan harga elpiji tidak logis. Pertamina menaikkan harga elpiji secara sepihak, tanpa adanya sosialisai terlebih dahulu.
Presiden meminta wakil presiden untuk menggelar rapat mendadak. Rapat mendadak yang dilakukan terkait upaya penyelesaian masalah kenaikan elpiji. Isu penggiringan Langkah pemerintah sebagai reaksi semu. Reaksi yang muncul merupakan wujud kekagetan atas reaksi semu Pemerintah. Masyarakat tidak bisa menerima aksi sepihak dari Pertamina. Masyarakat tidak bisa menerima aksi sepihak dari Pertamina yang mengikuti pasar dunia.
Keuntungan seharusnya dimanfaatkan untuk rakyat. Keuntungan yang besar seharusnya digunakan untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, dengan cara memberikan subdisi bahan bakar untuk kalangan menengah ke bawah.
Kesimpulan
Nah sobat, demikianlah ulasan mengenai jawaban mengidentifikasi isi teks editorial 88 Yang terdapat pada buku Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK KELAS XII Edisi Revisi 2018.
Disclaimer : Pembahasan soal di atas merupakan panduan untuk belajar, jawaban tidak mutlak dan bersifat terbuka sehingga masih dapat dikembangkan.
Baca Juga :
- Jawaban Mengaitkan Nilai-Nilai dalam Novel Sejarah dengan Kehidupan
- Jawaban Mengidentifikasi Nilai-Nilai dalam Novel sejarah
- Jawaban Menjelaskan Makna Kias dalam Teks Cerita (Novel) Sejarah
- Jawaban Menganalisis Kebahasaan Teks Cerita (Novel) Sejarah
- Jawaban Membandingkan Novel Sejarah dengan Teks Sejarah