Sistem Agribisnis Tanaman Pengertian, Komponen, dan Contohnya dalam Dunia Pertanian

Sistem Agribisnis Tanaman: Pengertian, Komponen, dan Contohnya dalam Dunia Pertanian

Berita Warganet – Pernahkah kamu mengamati produk hasil agribisnis pertanian di supermarket atau pasar? Mulai dari buah-buahan dan sayuran segar, hingga produk olahan seperti tahu, tempe, dan minyak goreng. Semua produk tersebut merupakan hasil dari rangkaian panjang proses produksi yang melibatkan banyak pihak.

Produsen pupuk, pestisida, petani, hingga penjual merupakan bagian penting dari sistem yang saling berkaitan dan membentuk rantai agribisnis tanaman.

Kata Kunci

Fungsi manajemen, manajemen agribisnis

Memahami Proses Agribisnis Tanaman

Saat menikmati makanan pedas, pernahkah kamu membayangkan perjalanan panjang cabai sebelum sampai ke tangan konsumen? Dalam budi daya cabai, petani tidak bekerja sendiri. Mereka membutuhkan dukungan dari berbagai pihak sejak persiapan bahan tanam hingga produk siap dijual.

Pihak-pihak yang terlibat dalam agribisnis tanaman meliputi:

  • Penyedia benih dan pupuk

  • Petani sebagai pelaku utama budi daya

  • Pengumpul dan distributor hasil panen

  • Pabrik pengolahan makanan

  • Pedagang di pasar atau supermarket

Semua pihak ini bekerja sama untuk menghasilkan produk pertanian yang bernilai jual tinggi dan layak dikonsumsi masyarakat.

Pengertian Agribisnis Tanaman

Istilah agribisnis pertama kali diperkenalkan oleh Davis dan Golberg (1957) yang menyatakan bahwa:

Agribisnis adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi manufaktur dan distribusi sarana produksi pertanian, kegiatan usaha tani, penyimpanan, pengolahan, serta distribusi produk pertanian.

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa agribisnis tanaman merupakan sistem yang terdiri atas berbagai subsistem yang saling berhubungan dan bekerja secara terpadu untuk mencapai tujuan bersama, yaitu menghasilkan produk pertanian berkualitas.

Komponen Sistem Agribisnis Tanaman

Sistem agribisnis tanaman terdiri dari tiga subsistem utama dan satu subsistem pendukung, yaitu:

1. Subsistem Agribisnis Hulu (Up-stream Agribusiness)

Subsistem ini mencakup kegiatan penyediaan sarana produksi pertanian seperti:

  • Benih dan bibit unggul

  • Pupuk organik maupun anorganik

  • Pestisida

  • Alat dan mesin pertanian (alsintan)

Pihak yang berperan di subsistem ini biasanya adalah perusahaan produsen pupuk, penyedia alat pertanian, dan lembaga penyalur benih.

2. Subsistem Budi Daya atau Usaha Tani (On-farm Agribusiness)

Subsistem ini merupakan kegiatan utama dalam agribisnis, sering disebut juga sebagai pertanian primer.
Kegiatan di dalamnya meliputi:

  • Persiapan lahan dan media tanam

  • Penanaman dan pemeliharaan tanaman

  • Pengairan dan pemupukan

  • Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT)

  • Kegiatan panen

Petani berperan penting dalam tahap ini untuk menghasilkan produk pertanian yang berkualitas.

3. Subsistem Agribisnis Hilir (Down-stream Agribusiness)

Tahap ini melibatkan proses pascapanen hingga produk siap dikonsumsi atau dipasarkan.
Kegiatannya meliputi:

  • Pengemasan hasil panen

  • Distribusi dan pemasaran

  • Pengolahan hasil pertanian menjadi produk jadi, seperti saus, makanan olahan, atau bahan baku industri

Contohnya, cabai yang telah dipanen dapat diolah menjadi saus sambal, bubuk cabai, atau dikemas ulang untuk pasar modern.

4. Subsistem Layanan Pendukung Agribisnis

Subsistem ini berfungsi memberikan dukungan terhadap keseluruhan kegiatan agribisnis, baik secara finansial, teknis, maupun kelembagaan.
Beberapa lembaga yang berperan antara lain:

  • Bank dan koperasi, yang menyediakan modal usaha

  • Lembaga penelitian dan pengembangan (R&D), yang menciptakan inovasi pertanian

  • Lembaga pendidikan dan penyuluhan, yang meningkatkan kompetensi petani

  • Jasa transportasi dan logistik, yang membantu distribusi produk

Dengan dukungan subsistem ini, kegiatan agribisnis tanaman dapat berjalan lebih efisien dan berkelanjutan.

Kesimpulan

Sistem agribisnis tanaman merupakan rangkaian kegiatan terintegrasi dari hulu hingga hilir, yang melibatkan banyak pihak untuk menghasilkan produk pertanian bernilai ekonomi tinggi.
Empat komponen utamanya — agribisnis hulu, budi daya, agribisnis hilir, dan layanan pendukung — harus berjalan seimbang agar mampu menciptakan sistem pertanian yang produktif, efisien, dan berdaya saing tinggi.

Artikel Terkait