Daftar Isi
Jawaban Jenis Citraan Pada Puisi Ibu – Halo sobat, dalam artikel kali ini akan dibahas mengenai jawaban jenis citraan pada puisi ibu yang terdapat pada Buku Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA/SMK Kelas X, Kurikulum Merdeka.
Sebelum masuk dalam pembahasan soal, pahamilah terlebih dulu mengenai jenis citraan, lalu sobat carilah jenis citraan yang yang terdapat pada puisi tersebut. Untuk pembahasan selengkapnya, mari kita simak bersama ulasan berikut ini.
Jawaban Jenis Citraan Pada Puisi Ibu Halaman 173
4. Kata konotatif
Kata konotatif merupakan kata-kata yang berasosiasi. Asosiasi merupakan keterkaitan makna kata dengan hal lain di luar bahasa. Dalam hal ini, makna konotatif timbul sebagai akibat asosiasi perasaan pembaca terhadap kata yang dibaca, diucapkan, atau didengar. Pada kata konotatif, makna telah mengalami penambahan atau pergeseran dari makna asalnya. Berikut contoh kata konotatif dalam puisi “Candra” karya Sanusi Pane.
CANDRA
Karya Sanusi Pane
Badan yang kuning-muda sebagai kencana,
Berdiri lurus di atas reta bercahaya,
Dewa Candra keluar dari istananya
Termenung menuju Barat jauh di sana
Panji berkibar di tangan kanan,tangan kiri
Memimpin kuda yang bernapaskan nyala;
Begitu dewa melalui cakrawala,
Menabur-naburkan perak ke bawah sini.
Bisikan malam bertiup seluruh bumi,
Sebagai lagu-merawan buluh perindu,
Gemetar-beralun rasa meninggikan sunyi.
Bumi bermimpi dan ia mengeluh di dalam
Mimpinya, karena ingin bertambah rindu
Karena rindu dipeluk sang Ratu Malam.
Dalam puisi di atas, terdapat /larik kuda bernapaskan nyala/. Kata nyala umumnya mengikuti kata api atau sebagai penjelas kata api. Kata nyala juga dapat diartikan sebagai hidup, bertenaga, ataupun berkobar. Dalam hal ini, baris/napas kuda yang menyala/sebenarnya bermakna sosok kuda yang memiliki semangat berkobar atau kuda yang kuat bertenaga.
Larik berikutnya yang mengandung konotasi adalah /Waktu berhenti di tempat ini/Tidak berombak, diam semata/. Dalam puisi tersebut, waktu dikatakan tidak berombak atau dalam keadaan tenang. Kata-kata tersebut tidak menunjukkan makna sebenarnya, tetapi bermakna tidak ada gangguan, damai, dan tenteram.
Demikian penjelasan gaya bahasa (majas), pengimajian, kata konkret, dan kata konotatif sebagai pendukung makna yang disampaikan penyair melalui puisinya. Untuk lebih memahaminya, kalian dapat berlatih menelaah gaya bahasa (majas), pengimajian, kata konkret, dan kata konotatif yang terdapat dalam sebuah puisi. Berikut ini terdapat puisi “Ibu” karya D. Zawawi Imron. Kalian dapat meminta salah satu teman sekelas untuk membacakan puisinya. Dengarkan dengan saksama larik-larik puisi tersebut. Catatlah larik-larik yang menurut kalian mengandung majas, pengimajian, kata konkret, dan kata konotatif.
Ibu
Karya D. Zawawi Imron
Kalau aku merantau
lalu datang musim kemarau
sumur-sumur kering,
daunan pun gugur bersama reranting
hanya mata air air matamu ibu,
yang tetap lancar mengalir
bila aku merantau
sedap kopyor susumu
dan ronta kenakalanku
di hati ada mayang siwalan
memutikkan sari-sari kerinduan
lantaran hutangku padamu
tak kuasa kubayar
ibu adalah gua pertapaanku
dan ibulah yang meletakkan aku di sini
saat bunga kembang menyemerbak
bau sayang.
ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
aku mengangguk meskipun kurang mengerti
bila kasihmu ibarat samudera
sempit lautan teduh
tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu
lantaran aku tahu
engkau ibu dan aku anakmu
bila aku berlayar lalu datang angin sakal
Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal
ibulah itu bidadari yang berselendang bianglala
sesekali datang padaku
menyuruhku menulis langit biru
dengan sajakku.
Secara berkelompok, kalian dapat berlatih menelaah puisi karya D. Zawawi Imron di atas dalam isian tabel berikut.
- Majas (gaya bahasa)
- Pengimajian (citraan)
Tabel 6.8 Isian citraan puisi Ibu
Jawaban :
No | Jenis Pengimajian | Larik |
1 | Penglihatan | daunan pun gugur bersama reranting hanya mata air air matamu ibu, yang tetap lancar mengalir |
2 | Penciuman | saat bunga kembang menyemerbak bau sayang. |
3 | Perasaan | di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan |
Kesimpulan
Nah sobat, itulah pembahasan mengenai jawaban jenis citraan pada puisi ibu yang terdapat pada Buku Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA/SMK Kelas X, Kurikulum Merdeka.
Disclaimer : Jawaban yang telah dibahas di atas bukan jawaban yang mutlak benar, akan tetapi artikel ini diharapkan dapat membantu sobat dalam belajar.