Jawaban Mengetahui Unsur Esai

Jawaban Mengetahui Unsur Esai

Jawaban Mengetahui Unsur Esai – Halo sobat, dalam artikel kali ini akan disajikan informasi jawaban mengetahui unsur esai. Materi ini terdapat pada buku Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK KELAS XII Edisi Revisi 2018.

Sebelum masuk dalam pembahasan soal, bacalah terlebih dahulu esai film berjudul Batman. Setelah itu sobat dapat menjawab pernyataan terkait esai tersebut.

Pembahasan soal ini dibuat untuk memfasilitasi sobat dalam belajar dan jawaban yang disajikan terbuka dan tidak mutlak. Sobat dapat menjawab pernyataan sesuai pemahaman sendiri. Berikut ini pembahasan soal selengkapnya !

Jawaban Mengetahui Unsur Esai Bahasa Indonesia Kelas XII Halaman 192

Batman

Gunawan Mohammad

Batman tak pernah satu, maka ia tak berhenti. Apa yang disajikan Christopher Nolan sejak ”Batman Begins” (2005) sampai dengan ”The Dark Knight Rises” (2012) berbeda jauh dari asal-muasalnya, tokoh cerita bergambar karya Bob Kane dan Bill Finger dari tahun 1939. Bahkan tiap film dalam trilogi Nolan sebenarnya tak menampilkan sosok yang sama, meskipun Christian Bale memegang peran utama dalam ketiga-tiganya.

Tiap kali kita memang bisa mengidentifikasinya dari sebuah topeng kelelawar yang itu-itu juga. Tapi tiap kali ia dilahirkan kembali sebagai sebuah jawaban baru terhadap tantangan baru. Sebab selalu ada hubungan dengan hal-ihwal yang tak berulang, tak terduga—dengan ancaman penjahat besar The Joker atau Bane, dalam krisis Kota Gotham yang berbeda-beda.

Baca Juga : Jawaban Mengidentifikasi Unsur Kritik dan Esai

Sebab itu Batman bisa bercerita tentang asal mula, tetapi asal mula dalam posisinya yang bisa diabaikan: wujud yang pertama tak menentukan sah atau tidaknya wujud yang kedua dan terakhir. Wujud yang kedua dan terakhir bukan cuma sebuah fotokopi dari yang pertama. Tak ada yang–sama yang jadi model. Yang ada adalah simulacrum—yang masing-masing justru menegaskan yang–beda dan yang–banyak dari dan ke dalam dirinya, dan tiap aktualisasi punya harkat yang singularis, tak bisa dibandingkan. Mana yang ”asli” tak serta-merta mesti dihargai lebih tinggi.

Baca Juga :  Jawaban Matematika Kelas 8 Ayo Kita Berlatih 7.3 Halaman 91 Semester 2 Bagian Esai

Sebab kreativitas berbeda dari orisinalitas. Kreativitas berangkat ke masa depan. Orisinalitas mengacu ke masa lalu. Masa yang telah silam itu tentu saja baru ada setelah ditemukan kembali. Akan tetapi, arkeologi yang menggali dan menelaah petilasan tua, perlu dilihat sebagai bagian dari proses mengenali masa lalu yang tak mungkin dikenali. Pada titik ketika masa lalu mengelak, ketika kita tak merasa terkait dengan petilasan tua, ketika itulah kreativitas lahir.

Saya kira bukan kebetulan ketika dalam komik ”Night on Earth” karya Warren Ellis dan John Cassaday (2003), Planetary, sebuah organisasi rahasia, menyebut diri archeologists of the impossible.

Para awaknya datang ke Kota Gotham, untuk mencari seorang anak yang bisa membuat kenyataan di sekitarnya berganti-ganti seperti ketika ia dengan remote control menukar saluran televisi. Kota Gotham pun berubah dari satu kemungkinan ke kemungkinan lain, dan Batman, penyelamat kota itu, bergerak dalam pelbagai penjelmaannya. Ada Batman sang penuntut balas yang digambarkan Bob Kane; ada Batman yang muncul dari serial televisi tahun 1966, yang dibintangi oleh Adam West sebagai Batman yang lunak; ada juga Batman yang suram menakutkan dalam cerita bergambar Frank Miller. Semua itu terjadi di gang tempat ayah Bruce Wayne dibunuh penjahat—yang membuat si anak jadi pelawan laku kriminal.

Baca Juga : Jawaban Menyusun Artikel Opini Sesuai dengan Fakta

Satu topeng, satu nama—sebuah sintesis dari variasi yang banyak itu. Namun, sintesis itu berbeda dengan penyatuan. Ia tak menghasilkan identitas yang satu dan pasti. Hal yang lebih penting lagi, sintesis itu tak meletakkan semua varian dalam sebuah norma yang baku. Tak dapat ditentukan mana yang terbaik, tepatnya: mana yang terbaik untuk selama-lamanya.

Baca Juga :  Sebutkan 6 Jenis-Jenis Komputer Berdasarkan Ukurannya!

Sebab itu Kota Gotham dalam ”Night on Earth” bisa jadi sebuah alegori. Ia bisa mengajarkan kepada kita tentang aneka perubahan yang tak bisa dielakkan dan sering tak terduga. Ia bisa mengasyikkan tapi sekaligus membingungkan. Ia paduan antara sesuatu yang ”utuh” dan sesuatu yang kacau.

Dengan alegori itu tak bisa kita katakan, mengikuti Leibniz, bahwa inilah ”dunia terbaik dari semua dunia yang mungkin”, le meilleur des mondes possibles. Bukan saja optimisme itu berlebihan. Voltaire pernah mencemoohnya dalam novelnya yang kocak, ”Candide”, sebab di dunia ini kita tetap saja aka menghadapi bermacam-macam kejahatan dan bencana, 1.001 inkarnasi The Joker dengan segala mala yang diakibatkannya. Kesalahan Leibniz—yang hendak menunjukkan sifat Tuhan yang Mahapemurah dan Mahapengasih—

justru telah memandang Tuhan sebagai kekuasaan yang tak murah hati: Tuhan yang hanya menganggap kehidupan kita sebagai yang terbaik, dan dengan begitu dunia yang bukan dunia kita tak patut ada dan diakui.

Kesalahan Leibniz juga karena ia terpaku kepada sebuah pengalaman yang seakan-akan tak akan berubah. Padahal, seperti Kota Gotham dalam ”Night on Earth”, dunia mirip ribuan gambar yang berganti-ganti di layar, dan berganti-ganti pula cara kita memandangnya.

Baca Juga : Jawaban Menemukan Unsur Kebahasaan Artikel Opini dan Buku Ilmiah

Penyair Wallace Stevens menulis sebuah sajak, ”Thirteen Ways of Looking at a Blackbird”. Salah satu bait dari yang 13 itu mengatakan,

But I know, too,

That the blackbird is involved

In what I know

Memandang seekor burung-hitam bukan hanya bisa dilakukan dengan lebih dari satu cara. Juga ada keterpautan antara yang kita pandang dan ”yang aku ketahui”. ”Yang aku ketahui” tak pernah ”aku ketahui semuanya”. Dengan kata lain, dunia—seperti halnya Kota Gotham—selamanya adalah dunia yang tak bisa seketika disimpulkan.

Baca Juga :  Kunci Jawaban Post Test Modul 5 Pendidikan yang Mengantarkan Keselamatan dan Kebahagiaan

Tak berarti pengalaman adalah sebuah proses yang tak pernah tampak wujud dan ujungnya. Pengalaman bukanlah arus sungai yang tak punya tebing. Meskipun demikian, wujud, ujung, dan tebing itu juga tak terpisah dari ”yang aku ketahui”. Dunia di luarku selamanya terlibat dengan tafsir yang aku bangun dari pengalamanku—tafsir yang tak akan bisa stabil sepanjang masa.

Walhasil, akhirnya selalu harus ada kesadaran akan batas tafsir. Akan selalu ada yang tak akan terungkap—dan bersama itu, akan selalu ada Gotham yang terancam kekacauan dan keambrukan. Itu sebabnya dalam ”The Dark Knight Rises”, Inspektur Gordon tetap mau menjaga misteri Batman, biarpun dikabarkan Bruce Wayne sudah mati. Dengan demikian bahkan penjahat yang tecerdik sekalipun tak akan bisa mengklaim ”aku tahu”.

Untuk mengetahui unsur esai, jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda (V) sesuai dengan hasil temuanmu!

Baca Juga : Jawaban Menyusun Fakta dalam Bentuk Artikel

Jawaban    :

No Pernyataan Ya Tidak
1 Membahas tentang sebuah karya sastra   V
2 Di dalamnya dituliskan isi atau sinopsis cerpen   V
3 Teks tersebut menilai kelebihan dan kekurangan cerpen   V
4 Penilaian dilakukan secara objektif, didasarkan atas data objektif   V

Kesimpulan

Demikianlah ulasan mengenai jawaban mengetahui unsur esai yang terdapat pada buku Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK KELAS XII Edisi Revisi 2018. Semoga artikel ini dapat bermanfaat !

Disclaimer : Pembahasan soal di atas merupakan panduan untuk belajar, jawaban tidak mutlak dan bersifat terbuka sehingga masih dapat dikembangkan.