Urutan fase-fase belajar Gerak adalah

Urutan fase-fase belajar Gerak adalah

Daftar Isi

Urutan fase-fase belajar Gerak adalah:

A. Asosiatif, otomatisasi, kognitif
B. Otomatisasi, asosiatif, kognitif
C. Kognitif, asosiatif, otomatisasi
D. Kognitif, otomatisasi, asosiatif
E. Asosiatif, kognitif, otomatisasi

Jawaban

C. Kognitif, asosiatif, otomatisasi

Pembahasan

Tingkat kognitif ditandai oleh usaha terutama pelaku untuk ketrampilan baru, yang paling lambat dan tidak tetap. Dibutuhkan perhatian kognitif yang cukup untuk menampilkan ketrampilan itu. Tatkala seseorang baru memulai mempelajari sesuatu tugas; katakanlah keterampilan motorik, maka yang menjadi pertanyaan baginya ialah, bagaimana cara melakukan tugas itu.

Dia membutuhkan informant mengenai cara melaksanakan tugas gerak yang bersangkutan. Karena itu, pelaksanaan tugas gerak itu diawali dengan penerimaan informasi dan pembentukan pengertian, termasuk bagaimana penerapan informasi atau pengetahuan yang diperoleh. Pada tahap kognitif ini, sering juga terjadi kejutan berupa peningkatan yang besar dibandingkan dengan kemajuan pada tahap-tahap berikutnya.

Pada tahap itu juga, bukan mustahil siswa yang bersangkutan mencoba-coba dan kemudian sering juga salah dalam melaksanakan tugas gerakan. Gerakannya memang masih nampak kaku, kurang terkoordinasi, kurang efisien, bahkan hasilnya tidak konsisten. Contoh: Seorang pemula dalam bulu tangkis mampu melakukan pukulan service yang “halus” (yakni cock melayang rendah di alas faring dan masuk ke petak service), namun keterampilan tersebut hanya sekali-kali dapat dilakukannya.

Baca Juga :  Kunci Jawaban Hari Air Sedunia

Pelaku masih mencari-cari hubungan antara cara melaksanakan dan hasil yang dicapai. Karena itu, masih belum terbentuk satu pola gerak yang konsisten. Siswa yang bersangkutan dihadapkan dengan tugas yakni apa yang harus dilakukan, sehingga tahap pertama ini oleh Adams disebut tahap verbal-motor.

Tahap Asosiatif ditandai oleh semakin efektif cara-cara siswa melaksanakan tugas gerak, dan dia mulai mampu menyesuaikan diri dengan keterampilan yang dilakukan. Akan nampak penampilan yang terkoordinasi dengan perkembangan yang terjadi secara bertahap, dan lambat laun gerakan semakin konsisten. Kemampuan melakukan gerakan dengan obyek/kejadian dari luar dan juga memperbaiki kekurangan seperti perhatian tentang melakukan gerakan diri sendiri, membiarkan siswa untuk mulai melakukan hal-hal yang baru.

Baca Juga :  Jawaban Tugas Mengungkapkan Isi Informasi Buku yang Diresensi

Hal ini juga menguntungkan dalam kemampuan untuk beradaptasi ke dalam gerakan yang disesuaikan pada berbagai kondisi lingkungan. Contoh: Jika seorang pemula belajar menembakkan bola ke dalam ring dalam permainan bola basket hanya mampu memasukkan 2-3 tembakan dari 10 kesempatan, maka memasuki tahap asosiatif ini, dia makin paham tentang misalnya berapa kira-kira tenaga yang harus dikerahkan, atau bagaimana peranan dari pergelangan kaki dan jari jari untuk mengendalikan bola.

Gerakannya tidak lagi untung-untungan, tapi makin konsisten. Artinya, gerakannya makin terpola, dan dia semakin menyadari kaitan antara gerak dan hasil yang dicapai. Pada tahap ini, seperti dikemukakan beberapa penulis (misalnya, Adams, l971: Fitt s. 1964), tahap verbal semakin ditinggalkan dan si pelaku memusatkan perhatiannya pada aspek bagaimana melakukan pola gerak yang baik, ketimbang mencari-cari pola mana yang akan dihasilkan. Dalam eksperimen belajar motorik, tahap itu oleh Adams disebut motor stage (tahap motorik).

Baca Juga :  Kunci Jawaban "Lingkungan Memengaruhi Mata Pencaharian Penduduk"

Dalam tahap otomatisasi siswa memerlukan latihan dengan waktu yang lama. Sebenarnya tahap akhir ini tidak semua siswa akan mencapainya. Di dalam tahap otomatisasi, penampilan mencapai tingkat kecakapan yang paling tinggi dan telah menjadi otomatisasi . Perhatian siswa selama tahap ini direlokasikan kepada pengambilan keputusan yang strategis. Sebagai tambahan, tugas-tugas ganda dapat dilaksanakan secara serempak.

Akhirnya, siswa-siswa di dalam tahap ini bersifat konsisten, merasa yakin/ percaya diri, membuat sedikit; kesalahan dan secara umum dapat mendeteksi dan mengoreksi kesalahan yang mereka lakukan. Contoh: Seorang pemain bola basket yang telah mahir, mampu menembakkan bola secara efektif ke ring meskipun dalam keadaan posisi yang sulit, misalnya karena dia dijaga ketat oleh lawan.

Yang menarik bagi kita ialah dalam melaksanakan tugas itu si pelaku tak seberapa banyak menumpahkan perhatiannya kepada tugas yang sedang dikerjakannya. Selama kegiatan ini hanya sedikit perhatian kognitif yang dibutuhkan agar pelaku dapat memusatkan perhatian pada faktor lingkungan yang mempengaruhi strategi dan penampilan.