Daftar Isi
Jawaban Tugas Menentukan Nilai-Nilai Kehidupan Dalam Teks Cerpen – Halo sobat, dalam artikel kali ini akan dibahas mengenai jawaban tugas menentukan nilai-nilai kehidupan dalam teks cerpen halaman 113 yang terdapat pada buku bahasa indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2017.
Dalam pokok bahasan sebelumnya sobat telah dapat menemukan nilai-nilai kehidupan pada teks cerpen, sedangkan kali ini sobat akan menentukan nilai-nilai kehidupan pada teks cerpen. Oleh karena itu, baca dan pahamilah cuplikan teks di bawah sehingga dapat menjadi acuan bagi sobat dalam menjawab soal. Berikut ulasan selengkapnya.
Jawaban Tugas Menentukan Nilai-Nilai Kehidupan Dalam Teks Cerpen Halaman 113
B. Mendemonstrasikan Salah Satu Nilai Kehidupan yang
Dipelajari dalam Teks Cerita Pendek
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:
1. menentukan nilai-nilai kehidupan dalam cerita pendek;
2. mempresentasikan teks cerita pendek dengan nilai kehidupan.
Kegiatan 1
Menentukan Nilai-nilai Kehidupan dalam Teks Cerita Pendek
Entah sudah berapa puluh ribu, judul cerpen yang telah dikarang dan telah jutaan pula manusia yang membacanya, dari sejak zaman dulu hingga sekarang. Karya manusia yang satu ini terus menerus dibaca dan diproduksi karena manfaatnya besar bagi kehidupan. Manfaat yang langsung dapat kita rasakan adalah bahwa cerpen memberikan hiburan atau rasa senang.
Kita memperoleh kenikmatan batin dengan membaca cerpen. Dengan membacanya, solah-olah kita menjalani kehidupan bersama tokoh-tokoh dalam cerpen itu. Ketika tokoh utamanya mengalami kesenangan, kita pun turut senang; ketika mengalami kegetiran hidup, kita pun turut sedih ataupun kecewa.
Selain itu, dengan membaca suatu cerpen, kita bisa belajar tentang kehidupan kita bisa lebih bijak dalam menghadapi beragam peristiwa yang mungkin pula kita hadapi. Misalnya, dengan adanya tokoh yang bersikap angkuh, kita menjadi tahu bahwa sikap itu sering menimbulkan ketersinggungan bagi pihak-pihak tertentu. Pelakunya sendiri menjadi orang yang dijauhi orang lain. Sikap rendah hati ternyata mudah mengundang simpati. Peduli pada orang lain, dalam sekecil apa pun bantuan yang diberikan, ternyata menjadi sesuatu yang benar-benar berharga bagi orang yang membutuhkan.
Perhatikanlah kembali cuplikan berikut.
Pernahkah kau merasakan sesuatu yang biasa hadir mengisi hariharimu, tiba-tiba lenyap begitu saja. Hari-harimu pasti berubah jadi pucat pasi tanpa gairah. Saat kau hendak mengembalikan sesuatu yang hilang itu dengan sekuat daya, namun tak kunjung tergapai. Kau pasti jadi kecewa seraya menengadahkan tangan penuh harap lewat kalimat doa yang tak putus-putusnya.
Bukankah kau jadi kehilangan kehangatan karena tak ada helai-helai sinar ultraviolet yang membuat senyumnya begitu ranum selama ini. Matahari bagimu tentu tak sekadar benda langit yang memburaikan kemilau cahaya tetapi sudah menjadi sebuah peristiwa yang menyatu dengan ragamu. Bayangkanlah bila matahari tak terbit lagi. Tidak hanya kau tapi jutaan orang kebingungan dan menebar tanya sambil merangkak hati-hati mencari liang langit, tempat matahari menyembul secara perkasa dan penuh cahaya.
(Cerpen “Matahari Tak Terbit Pagi Ini”, Fakhrunnas M.A Jabar)
Cuplikan cerpen di atas menggambarkan begitu berartinya kehadiran seseorang ketika ia tidak ada lagi di sisi kita. Kita rasakan begitu sulit untuk menghadirkannya kembali, bahkan sesuatu yang sangat tidak mungkin. Semua orang pasti akan atau pernah mengalami keadaan seperti yang digambarkan dalam cerita itu. Hanya sosok dan peristiwanya akan berbeda-beda.
Dari gambaran seperti itu ada pelajaran yang sangat penting bahwa kehadiran seseorang di tengah-tengah kita adalah sebuah berkah yang harus selalu disyukuri. Kalaulah dia sudah tidak hadir lagi, maka gantinya adalah kesedihan, penyesalan, bahkan ratapan yang menyayat.
Berikut cuplikan lainnya.
“Kalau ada, mengapa biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua? Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri engkau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang.
Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal di samping beribadat. Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin? Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu lain tidak memuji-muji dan menyembah-Ku saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka! Hai malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya.”
Semuanya jadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi. Tahulah mereka sekarang apa jalan yang diridai Allah di dunia.
(Cerpen “Robohnya Surau Kami”, AA Navis)
Cuplikan cerpen itu merupakan sindiran yang bisa jadi mengena pada setiap kalangan, dalam kehidupan sehari-hari mereka. Orang-orang yang hanya mengutamakan ibadah ritual dan mengabaikan persoalan-persoalan sosial (kemanusiaan) menjadi objek sindiran dalam cuplikan cerpen tersebut. Sindiran seperti itu boleh jadi lebih mengena daripada
dengan menggurui langsung tentang kesadaran-kesadaran keberagamaan yang benar.
Tugas
1. Nilai-nilai kehidupan apakah yang dikisahkan di dalam cuplikan-cuplikan berikut.
2. Diskusikanlah secara berkelompok dan tuangkanlah hasilnya pada buku kerjamu seperti dalam format berikut.
JAWABAN :
Cuplikan Cerita | Bidang kehidupan | Keterangan/ Alasan | |||
1 | 2 | 3 | 4 | ||
1. “O, Tuhan kami yang Mahabesar. Kami yang menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yang paling taat beribadat, yang paling taat menyembah-Mu. Kamilah orang-orang yang selalu menyebut nama-Mu, memuji-muji kebesaran-Mu, mempropagandakan keadilan-Mu, dan lain-lainnya. Kitab- Mu kami hafal di luar kepala kami. Tak sesat sedikit pun membacanya. Akan tetapi, Tuhanku yang Mahakuasa, setelah kami Engkau panggil kemari, Engkau masukkan kami ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-hal yang tidak diingini, maka di sini, atas nama orang-orang yang cinta pada-Mu, kami menuntut agar hukuman yang Kau jatuhkan kepada kami ditinjau kembali dan memasukkan kami ke sorga sebagimana yang Engkau janjikan dalam kitab-Mu. | V | Karena pada cuplikan tersebut melibatkan Tuhan sebagai pencipta kehidupan dan kematian. | |||
2. Kalau begitu mengapa Syarifudin meninggal pada hari kedua, setelah dia disunat? Darah tak banyak keluar dari lukanya. Syarifudin kan juga penurut. Pendiam. Setengah bulan, hampir, dia mengurung diri karena kau mengatakan kelakuan abangnya sehari sebelum disunat itu. Aku tidak percaya jika hanya oleh melompat-lompat dan berkejaran setengah malam penuh. Aku tidak percaya itu. Aku mulai percaya desas-desus itu bahwa kau orang yang tamak. Orang yang kikir. Penghisap. Lintah darat. Inilah ganjarannya! Aku mulai percaya desas-desus itu, tentang dukun-dukun yang mengilu luka sunatan anakanak kita. Aku mulai yakin, mereka menaruh racun di pisau dukun-dukun itu. | V | Karena pada cuplikan tersebut masih adanya tradisi di suatu masyarakat dalam mempercayai seorang dukun. | |||
3. Kalau benar begitu, apalagi yang sekarang mereka sakitkan hati? Aku telah lama mengubah sikapku. Tiap ada derma, aku sumbang. Tiap kesusahan, aku tolong. Tidak seorang dari mereka yang tidak kuundang dalam pesta tadi malam. Kaulihatkan, tiga teratak itu penuh mereka banjiri. Aku yakin mereka telah menerimaku, memaafkanku. | V | Karena dalam cuplikan tersebut mengandung permasalahan yang sering terjadi disekitar kita yaitu pertentangan antar sesame dalam hal tolong-menolong, perayaan pesta, dan saling memaafkan. | |||
4. Di ruang kosong yang semula dipenuhi pernik cahaya matahari, kita bertatap muka penuh gairah. Di penjuru ruang kosong itu bergantungan bola-bola rindu penuh warna dan aroma. Bola-bola itu bergesekan satu dengan lain mengalirkan irama-irama lembut Beethoven atau Papavarotti. Irama itu menyayat-nyayat hati kita hingga mengukir potongan sejarah baru. Bagaikan sepasang angsa putih yang menari-nari di bawah gemerlapan cahaya langit, sejarah itu terus ditulisi berkepanjangan. Lewat ratusan kitab, laksa aksara. Namun, setiap perjalanan pasti ada ujungnya. Setiap pelayaran ada pelabuhan singgahnya. Setiap cuaca benderang niscaya ditingkahi temaram bahkan kegelapan. | V | Karena dalam cuplikan tersebut berisi tentang pertemuan antara dua orang yang saling tumbuh rasa suka, akantetapi mereka menyadari bahwa pada akhirnya disetiap pertemuan pasti aka nada perpisahan. | |||
5. Merah di langit barat telah lenyap ketika kita sampai di resto yang kaupilih sebagai tempat pertemuan. Cuma kita berdua dan karena itu kita pilih meja-kursi terpojok. Jauh dari panggung musik yang terlampau berisik. Jauh dari orang-orang yang makan sambil tertawa-tawa riang. Di mataku, terus terang, mereka adalah sekelompok manusia tanpa persoalan tanpa beban. Tidak seperti aku. Tidak seperti kamu. Tidak seperti kita. Paling tidak, pada malam itu. Kaupesan mi sea food yang entah bernama apa. | V | Karena dalam cuplikan tersebut berisi tentang pertemuan dua orang di sebuah tempat yang sunyi tanpa gangguan apapun. |
Keterangan:
1 = agama
2 = sosial
3 = budaya
4 = ekonomi
Kesimpulan
Nah sobat, itulah pembahasan mengenai jawaban tugas menentukan nilai-nilai kehidupan dalam teks cerpen halaman 113 yang terdapat pada buku bahasa indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2017.
Disclaimer : Jawaban yang telah dibahas di atas bukan jawaban yang mutlak benar, akan tetapi artikel ini diharapkan dapat membantu sobat dalam belajar.
Baca Juga :
- Jawaban Tugas Menemukan Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerpen
- Jawaban Tugas Memahami Informasi Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerpen
- Jawaban Tugas Menemukan Kalimat Majemuk Bertingkat dalam Teks Ceramah
- Jawaban Tugas Menelaah Bagian-Bagian Penting dalam Teks Ceramah
- Jawaban Tugas Menemukan Informasi dan Permasalahan Aktual dalam Teks Ceramah